Jumat, 22 Maret 2013

Teori Kepribadian Sehat

Teori Kepribadian Sehat
Apakah yang dimaksud dengan kepribadian sehat ? Inti pokok dari pertanyaan ini ialah untuk menemukan serta merumuskan kepribadian yang lebih sehat. Penekanannya bukanlah pada penyebuhan konflik-konflik yang berhubungan dengan masa lalu. Fokusnya ialah ke arah apa seseorang dapat menjadi, bukan ke arah apa yang telah terjadi atau ada pada saat ini.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, jumlah para ahli psikologi yang mulai mengakui kapasitas untuk bertumbuh dan berkembang dalam kepribadian manusia  semakin meningkat. Para ahli-ahli ini (sebagian besar memandang diri mereka sebagai ahli-ahli psikologi humanistic) memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat manusia yang berbeda dari apa yang telah digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisa, sebagai bentuk psikologi tradisional. Mengapa demikian ? Karena mereka percaya bentuk psikologi tradisional tersebut memberikan pandangan-pandangan yang terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi.
Bagi ahli-ahli psikologi pertumbuhan, manusia adalah individu yang dapat dan harus mampu mengatasi masa lalu, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan kita. Kita harus berkembang dan bertumbuh melampaui kekuatan-kekuatan ini yang secara potensial menghambat. Gambaran ahli psikologi pertumbuhan tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas individu untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi diri kita, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan kita. Pendukung-pendukung gerakan potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui ‘normalitas’, dan mereka mengemukakan bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya.

3 Mazhab Psikologi
1.   Aliran Psikoanalisa
Salah satu tokoh psikoanalisa  yang terkenal adalah Sigmund Freud (1856-1939). Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap ilmu kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sedang sangat merebak di Wina. Pengaruh dari Jean-Martin Charcot, seorang neurolog asal Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran. Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki tentang penyebab-penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidak runtutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia yaitu mengenai id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego melemah.
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal struktur mental dari kepribadian kita, yaitu:
a.    Id adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
b.    Ego adalah pengawas realitas.
c.    Superego adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
Pada masa kanak-kanak kita dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (misalnya bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot).
Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor misalnya).

2.   Aliran Behavioristik
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940-1950an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Dan karena ‘jiwa’ tidak dapat diamati, maka tidak  bisa digolongkan ke dalam ilmu psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu keadaan (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Pada tahap pertama anjing tersebut dibiarkan kelaparan kemudian diberikan makanan, sehingga anjing tersebut kemudian mengeluarkan liurnya. Tahap kedua anjing tersebut kembali dibiarkan kelaparan kemudian diberikan makanan bersamaan dengan bel yang dibunyikan, anjing tersebut juga mengeluarkan air liurnya. Pemberian makanan dengan cara ini dilakukan berkali-kali sampai kemudian pada tahap ketiga Pavlov mencoba membunyikan bel tanpa adanya makanan yang diberikan dan ternyata ketika anjing tersebut mendengar bunyi bel, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liurnya sama seperti ketika diberikan makanan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan bunyi bel menjadi conditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas.
Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).

3.   Aliran Humanistik
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme. Tokoh dari aliran ini, Abraham Maslow mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Pendekatan Maslow didalam Psikologi Humanistik ini dilihat oleh banyak orang sebagai suatu penangkal yang baik terhadap ciri behaviorisme yang mekanistik dan ciri psikoanalisa yang suram dan berputus asa.
Maslow percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu-satunya tipe orang yang dipelajari ialah orang yang sangat sehat. Karena apabila kita hanya melihat orang-orang yang tidak sehat dan tidak matang, maka kita hanya akan melihat sisi yang sakit dari kodrat manusia, orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan dalam keadaan yang paling baik.
Melalui penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Maslow, ia sampai pada kesimpulan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan ini mendorong individu untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita, harus menjadi menurut potensi kita untuk menjadi (Duane Schultz, 1991:93).  Namun potensi-potensi tersebut mampu dipenuhi atau diaktualisasikan tergantung pada kekuatan-kekuatan individual dan sosial yang memajukan atau menghambat aktualsasi diri.
Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri menurut Maslow ialah memuaskan terlebih dahulu empat kebutuhan yang berada dalam tingkatan yang lebih rendah. Yaitu (1) kebutuhan-kebutuhan Fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan-kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagiannya dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri. (Duane Schultz, 1991:90)




Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality, Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat. Kanisius. Yogyakarta
 

Stephanie Dwita Puspa Rieny J.
2PA01/16511894
Tugas-2 Kesehatan Mental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar