Sehat dalam Kesehatan Mental
Apakah
yang dimaksud dengan kepribadian sehat ? Inti pokok dari pertanyaan ini ialah
untuk menemukan serta merumuskan kepribadian yang lebih sehat. Penekanannya
bukanlah pada penyebuhan konflik-konflik yang berhubungan dengan masa lalu.
Fokusnya ialah ke arah apa seseorang dapat menjadi, bukan ke arah apa yang telah
terjadi atau ada pada saat ini. Konsep
sehat yang dimaksud didalam kesehatan mental adalah individu yang secara utuh
sehat secara jasmani, mental, dan di dalam lingkungannya.
Individu yang mampu mengembangkan diri dengan menggunakan keseluruhan aspek
sehat didalam hidupnya tersebut.
Pendekatan Kesehatan Mental
Saparinah
Sadli (dalam Suroso, 2001:132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental,
yaitu :
·
Orientasi
Klasik
Dalam
orientasi klasik seseorang dianggap sehat bila dia tidak mempunyai keluhan
tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan
tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat,
serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.
·
Orientasi
Penyesuaian Diri
Seseorang
yang mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta
lingkungan disekitarnyalah yang disebut sebagai seseorang yang dianggap sehat
didalam konteks orientasi penyesuaian diri ini.
·
Orientasi
Pengembangan Potensi
Didalam
orientasi pengembangan potensi seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan
jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
3 Mazhab Psikologi
1. Aliran Psikoanalisa
Salah satu tokoh psikoanalisa
yang terkenal
adalah Sigmund Freud (1856-1939). Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia
baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah
disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang
kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious)
dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam
tidak sadar inilah tinggal struktur mental dari kepribadian kita.
2. Aliran Behavioristik
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo
mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu keadaan (conditioning).
Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang.
3. Aliran Humanistik
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran
behaviourisme dan psikoanalisis. Teori ini percaya bahwa untuk menyelidiki
kesehatan psikologis, satu-satunya tipe orang yang dipelajari ialah orang yang
sangat sehat. Karena apabila kita hanya melihat orang-orang yang tidak sehat
dan tidak matang, maka kita hanya akan melihat sisi yang sakit dari kodrat
manusia, orang-orang dalam keadaan yang paling buruk dan bukan dalam keadaan
yang paling baik
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri merupakan faktor
yang sangat penting didalam kehidupan manusia. Hidup manusia sejak lahir hingga
meninggal tidak lain adalah penyesuaian diri, sehingga dapat dikatakan bahwa
penyesuaian diri dilakukan oleh manusia sepanjang hidup. Manusia memerlukan
penyesuaian diri terhadap diri dan lingkungannya dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang ada.
Penyesuaian diri (self-adjustment) adalah suatu proses
yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik
dengan memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup (Alexander Schneiders. 1964 : 51).
Penyesuaian
diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
agar terjadi hubungan yang selaras antara dirinya dan lingkungannya.
Penyesuaian diri mempunyai dua aspek yaitu penyesuaian diri pribadi dan
penyesuaian diri sosial. Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu
terhadap dirinya sendiri dan percaya pada diri sendiri. Sedangkan penyesuaian
individu sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam lingkungan social
tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya.
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga
dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari
proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh
usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai
pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
-
Keakraban (pemenuhan
kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator)
-
Kontrol (kesepakatan
antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang
lebih dominan didalam komunikasi tersebut)
-
Respon yang tepat
(feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah
memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang
tepat)
-
Nada emosional yang
tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
Stress
Hans Seyle adalah orang yang dianggap memberikan
sumbangan paling besar dalam bidang stress pada tahun 1936 dengan dikenalnya
istilah General Adaption Syndrome
(GAS). Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan
mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Tanpa
memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi
fisiologis yang sama (non-specific
response). Selebihnya, dengan mengulangi atau memperpanjang stress,
sehingga akan melicinkan dan mematahkan sistem (wear and tear of the system).
Jenis-Jenis Coping
Stress
·
Emotional focus Coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap
stres. Pengaturan ini melalaui perilaku individu, seperti: penggunaan alcohol,
bagaimana meniadakan fakta - fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi
kognitif. Bila individu tidak mampu
mengubah kondisi yang ‘stresfull’ individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.
·
Problem focus Coping
Digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan
mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang
baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat
menubah situasi. Coping dibagi dua
bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan memfokuskan pada emosi.
Cinta
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang
yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan
sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa
cinta adalah sebuah aksi / kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap
objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut