Peter, adalah anak kecil yang berusia 12 tahun. Ia hanya tinggal berdua dengan kakak perempuannya karena kedua orangtuanya sudah meninggal. Kakaknya bekerja untuk menghidupi kehidupan mereka, sedangkan Peter bertugas untuk mengurus rumah. Tidak heran walaupun usianya masih sangat kecil, Peter bukan tipe anak yang selalu bermain-main sehabis pulang sekolah. Malam itu, kakaknya lembur dan ini berarti jatah Peterlah untuk membuatkan makan malam untu kakaknya. Saat ia menengok ke dalam kulkas untuk melihat bahan apa yang dapat ia masak, ia mendapati bahwa kulkasnya kosong. Ini berarti ia harus membeli dulu agar kakaknya tidak kelaparan saat pulang nanti. Tapi kira-kira itu sudah hamper pukul Sembilan malam, dan Convention Store sudah hamper tutup. Maka bergegaslah Peter mengambil jaketnya dan berlari-lari menuju Convention Store. Ketika ia sampai disana, kakak perempuan, penjaga toko yang biasa ia lihat saat berbelanja disana, sedang mengunci pintu depan tokonya.
“Jangan ditutup dulu pintunyaaa!” teriak Peter.
“Kamu terlambat adik kecil,” jawab kakak penjaga.
“Tolonglah kak, kakakku akan segera pulang. Kasihan kalau dia tidak bisa makan karena aku lupa bahwa persedian makanan dikulkas sudah habis.” Pinta Peter memelas.
“Hemmm baiklah. Tapi hanya kali ini saja!” balas kakak penjaga.
“Baik. Terima kasih kak.” Jawab Peter sambil tersenyum manis.
Kakak penjaga itu akhirnya membuka kembali tokonya dan membiarkan Peter masuk. Lampu ditoko seketika menyala kembali, setelah terdiam beberapa saat Peter segera berlari memasuki toko dan mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan dan membawanya kekasir. Setelah membayar ia berjalan keluar dengan membawa belanjaannya dan menunggu kakak penjaga itu mengunci tokonya. Sesaat ia bingung karena kakak penjaga itu tidak pulang, namun malah duduk di trotoar depan toko. Meski awalnya heran, Peter mengikuti duduk di trotoar tersebut. Kakak penjaga itu kemudian mengeluarkan rokok dari saku jaketnya dan mulai menghisapnya.
“Berapa umurmu adik kecil?” Tanya kakak penjaga.
“Dua belas, kakak berapa?” Tanya Peter polos.
“Aku 22 tahun ini. Namaku Nami.” Jawabnya sambil menghisap rokok.
“Kalau aku…..”
“Bocah! Cukup bocah. Aku tidak perlu tahu namamu. Aku cukup memanggilmu bocah.” Kata kakak penjaga memotong omongan Peter.
“Jadi kenapa kamu sering memandangi aku bila sedang berbelanja disini dengan kakakmu bocah?” Tanya kakak penjaga lagi.
Peter melihat kakak penjaga kaku. Ia tidak menyadari bahwa perbuatannya selama ini ketahuan.
“aaa anu aaa…..” jawab Peter kaku.
“Jawab saja. Dan jangan coba-coba berbohong padaku karena aku bukan orang bodoh!” balas kakak penjaga.
“anu…..itu……aa.a..itu karena aku suka kakak” jawab Peter akhirnya disertai dengan merah dibagian pipinya.
“Ahahaha. Kamu suka aku? Hemmm sebetulnya kamu ini lumayan manis juga bocah. Tapi aku sedikit takut dengan laki-laki. Pacarku yang terakhir meninggalkan aku demi perempuan lain.”
“A..aku tidak akan begitu! Aku akan terus menyukai kakak!” balas Peter mantap.
“Bagaimana ya? Umur kita beda sepuluh tahun. Nanti saat kamu sudah menjadi pria dewasa yang keren, aku pasti sudah sangat tua dan tentunya kamu tidak akan menyukaiku lagi seperti sekarang.”
“Aku akan tetap menyukai kakak. Aku janji!”
“Hahahaha. Baiklah aku pegang janjimu bocah. Saat kamu sudah besar nanti kamu harus tetap menyukaiku seperti sekarang ini ya! Aku tunggu pembuktiannya.”
“Siaaapppp kakak!” jawab Peter bersemangat sambil mengembangkan senyumnya.
“Baiklah, tapi sekarang kamu harus cepat pulang. Kakakmu pasti sedang menunggumu.”
“Iya. Aku pulang dulu ya kak. Kakak harus menunggu aku nanti, mengerti?” teriaknya sambil berlari-lari kecil menuju rumah.
Tidak lama kemudia, Peter sampai dirumahnya.
“Kamu darimana dik malam-malam begini?” Tanya kakaknya.
“Belanja bahan makanan kak. Karena tadi aku liat sudah habis.”
“Loh kamu berbelanja dimana? Convention Store pasti sudah tutup kan.” Tanya kakaknya heran
“Masih buka kok. Kakak penjaganya kan pacarku!” jawab Peter sambil tersenyum manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar